Tuesday, April 03, 2007

Tua, Jangan Sentuh Mamaku

Jakarta, 11 February 2007

Malam ini, ketika sedang makan malam dengan pacarku, tiba-tiba saja kami membicarakan tentang usia ibu kami. Mamaku, lahir tahun 1951.

Perempuan dalam keluarga kami selalu lahir pada hari bersejarah. Mamaku lahir pada 21 April, hari kartini. Karena itu ia bernama Harini, kependekan dari Hari Kartini. Sedangkan aku, lahir pada 17 Agustus 1983. Kesamaan kami sejak lahir adalah muncul di dunia pada hari bersejarah.

Lalu aku mulai menghitung. Tahun ini, mamaku akan berusia 56 tahun. Empat tahun lagi, ia akan berusia 60 tahun. 60 tahun bukan usia yang muda, sama sekali bukan muda. Dan aku sendiri tersentak ketika sadar. Aku baru menyadari, mamaku sudah menjelang 60 tahun.

Selama ini, aku selalu ingat ulang tahun mamaku. Tapi aku tidak pernah mempermasalahkan usianya. Karena di mataku, mamaku selalu terlihat cantik. Dan ini bukan pendapatku seorang karena aku anaknya. Mamaku terlihat 10 tahun lebih muda dari usia sesungguhnya. Banyak yang mengatakan demikian.

Badannya masih langsing, hanya perutnya saja yang sedikit buncit. Rambutnya masih indah. Tidak seperti aku yang berambut super lurus sejak lahir, mamaku berambut ikal. Rambutnya luar biasa hitam, dan lebat. Di usianya yang sekarang ini, rambutnya juga tetap legam.

Hingga pagi tadi…


***

Mamaku selalu mengantar aku pergi ke kantor. Ia selalu membantu aku membawa barang-barang yang kuperlukan. Aku menciumnya, dan berpamitan pergi kerja. Sekelebat, aku melihat sehelai rambut putih tersembul di sela-sela rambut hitamnya. Entah mengapa, ada rasa perih yang menjalar di dadaku.

Aku masuk ke dalam mobil. Dari kaca jendela mobil, aku melihat dan melambai kepadanya. Guratan-guratan itu terlihat jelas di wajahnya. Orang menyebutnya keriput. Tapi aku tidak mau menyebut keriput di wajah mamaku. Aku terlalu takut menyadari bahwa ia semakin tua.

Selama ini aku mengakui, bahwa beranjak tua itu ada. Tapi kupikir, itu tidak berlaku buat mamaku. Aku menganggap semua orang bisa tua, kecuali mamaku. Mamaku tidak boleh bertambah tua. Tidak boleh.

Tapi hari ini aku tau, bahwa beranjak tua juga terjadi pada mamaku. Walaupun teman-temanku mengatakan mamaku terlihat lebih muda dari usianya, tapi aku tahu. Dulu guratan itu tidak sejelas itu. Mamaku punya tulang pipi yang bagus sekali. Wajahnya tirus, karena tulang pipi yang tinggi. Tidak seperti pipiku yang tembem, seperti papaku.

Tapi tulang pipi itu sudah mulai tersamar, karena guratan itu. Adakah yang bisa menghentikannya? Tolong hentikan itu untuk mamaku. Hanya untuk mamaku. Aku tidak bisa menerima bahwa ia bertambah tua.

Sejak dulu, cuma mamaku yang paling bisa membuatku menangis. Katanya, semakin kita mencintai seseorang, orang itu semakin mudah membuat kita menangis. Dan aku tidak ragu lagi, mamaku adalah orang yang paling aku cintai di seluruh dunia ini. Dia yang paling bisa membuat aku menangis.

Sejak dulu, aku dekat sekali dengannya. Aku suka menciumnya, aku suka memeluknya. Dan aku suka melihatnya tertawa. Tapi aku kurang sekali menunjukkan bahwa aku sayang padanya. Aku terlalu sibuk dengan duniaku, sampai terkadang aku lupa, bahwa aku sayang sekali padanya.

Ia sering protes kepadaku,”Tussie ngga sayang Mama,” katanya. Karena aku jarang sekali meneleponnya. Dia yang lebih sering menelepon aku. Terakhir kali aku merasa benar-benar kangen padanya mungkin waktu aku kelas 2 SMA. Waktu kita tinggal di kota berbeda, dan berbulan-bulan tidak bertemu.

Tapi saat ini, aku kangen sekali padanya. Padahal pagi ini aku bertemu dengannya. Mama, nanti aku belikan kosmetik termahal. Aku tidak suka guratan itu, aku mau menghalaunya pergi. Aku tidak suka rambut putih itu. Aku mau mencabutnya, agar rambutmu tetap hitam semua.

3 comments:

Okky Madasari said...

hiks..hiks...jadi kangen banget ama mamaku...btw, mamaku lahir tahun 1962, jadi sekarang usianya baru 45. Beliau nikah muda. Selama ini aku merasa beruntung usianya hanya selisih 22 tahun dari usiaku. Kami seperti teman. Sahabatku pernah berkata pingin nikah muda biar jadi ibu yang funky. Setelah baca tulisan ini, jadi ngitung-ngitung nih...hahahaha

doddi Ahmad Fauji said...

Jika orang berbicara Mama-nya, ibunya, emaknya, atau apapun Anda memanggilnya, aku selalu ikut terharu. Aku baca buku harian Marie Antoinete (mungkin spealingnya salah), ada bagian ketika ia dituduh telah incest dengan anaknya, dan ia Marie berjar: ..... intinya, seorang ibu harus mengasuh anak dengan benar. Aku menitikkan air mata pada bagian ini.

Sudah 8 tahun aku di jkt. Suatu hari pulang ke bdg, aku melihat mamaku, ah dia udah tua, dan aku memeluknya: I love you, Mom.

Tussie ini pintar bercerita, dan kalau rajin membaca john steinceck yang sangat dipuja oleh Pram, kayaknya bisa jadi novelis.

Anonymous said...

Ibu saya meninggal 2005 silam saat beliau berumur 55 tahun. Kalimat yang belum pernah saya katakan adalah "saya sayang mama!" sampai ibu menghembuskan nafas terakhirnya.

... mungkin saya terlalu sibuk dengan kuliah saya di bandung dan lupa bahwa ada yang mencintai dan menyayangi saya sampai ajal menjemputnya.

...saat mengingat beliau, saya pasti akan terkenang dengan meneteskan air mata.

sehari sebelum menghembuskan nafas terakhir...beliau menulis sms kepada saya...

"Ming, Mama kangen, tadi Mama kirim 100rb."

ini adalah sms terakhir dan sms yang tidak pernah akan saya lupakan