Monday, April 02, 2007

Maut Cuma Berbatas Sehelai Rambut


Siapa yang pernah menyangka bahwa kematian cuma berbatas tipis dengan hidup. Kita berpikir bahwa kita bisa hidup hingga 1000 tahun lagi…

Kemarin…
Pak Suwardi pagi-pagi datang ke kantor seperti biasa. Siangnya rapat bersama redaktur-redaktur lain…just like another ordinary day…

Beberapa saat setelah rapat beliau mengaku ngga enak badan. Lalu dia muntah-muntah. Semua orang menyangka, “Ah, cuma masuk angin. Sebentar juga sembuh.” Kemudian Pak Suwardi ke rumah sakit bersama supir. Bahkan dia masih jalan sendiri ke rumah sakit.

Tidak ada yang menyangka, Rumah Sakit Harapan Jayakarta adalah tempat terakhir yang dikunjunginya.

Dia masih memakai kemeja biru kotak-kotak itu. Kemeja yang sering dia pakai ke kantor. Kemeja itu juga yang menemaninya menjumpai izrail.

Dengan kemeja itu juga, dia ada di halaman 1 Jurnal Nasional hari ini. Sebuah obituary untuknya.

Pak Suwardi ngga pernah marah dan ngga pernah merepotkan…
Pak Suwardi yang biasanya mengisi dua halaman sekaligus…tidak mengeluh…

Nothin’ more I could say…
cuma tenggorokan yang tercekat
mata yang menahan air

ketika melihatnya masih memakai kemeja kota-kotak biru itu
just like another ordinary day…
tapi dia ada di atas keranda itu…

1 comment:

zen said...

Bicara kehilangan dan kematian, pernahkah kamu dengar kalimat Milan Kundera yang ini: "Bukanlah masa depan yang hilang dari kematian tapi masa silamlah yang hangus bagi orang-orang yang masih hidup di lingkaran si mendiang.”

Aku selalu menggumamkan kaimat itu setelah kalimat Innalillahi tiap kali kehilangan.

Saya pernah menuliskan soal itu di blog saya yang memang banak bicara kematian.

Salam kenal dengan wartawan jurnal nasional. Sering bercakap dengan Dani Wicaksono, Suwidi Tono atau Taufik Rahzen? Salam buat mereka jika ketemu.