Monday, June 11, 2007

Tutup Mulut


Malam sudah tiba. Sekarang aku tinggal sendiri saja. Tinggal jemari yang lincah menekan tuts computer. Aku dulu bisa bermain piano. Chopin, Beyer, Heller, tapi tidak Beethoven…partiturnya terlalu sulit bagi jemari kecilku saat itu.

Karena tak pernah latihan, sudah kaku sekarang jemariku. Piano adalah alat musik yang dibelikan ayahku, karena aku merengek-rengek. Tapi aku sekarang sudah bosan dengan piano klasik itu. Buku partitur itu biarkan saja lapuk di bawah kursi piano. Bahkan pemanas kayu agar pianoku tidak lembab, ternyata sudah patah. Sudah tidak bisa digunakan lagi.

Kini, aku sudah punya alat musik baru. Keyboard computer tempat jemariku menari. Dunia adalah partiturnya. Laguku tidak hanya mengalun di rumahku. Bukan hanya ayah dan ibuku saja penikmatnya. Kini laguku bisa didengarkan banyak orang.

Ada sebuah lagu sunyi yang kumainkan lamat-lamat. Sssttt…lagu ini tidak untuk didengar banyak orang. Sebuah Serenade de Schubert, seperti lagu yang sering kau dengarkan dalam kotak musik. Hanya terdengar bila kotaknya dibuka. Dan tidak banyak yang bisa mendengar, paling-paling hanya didengar si pembuka kotak dan orang-orang dekatnya.

Namun ada yang meminjam kotak musikku. Dia membukanya. Aku tidak keberatan bila ia hanya membuka dan mendengarkan musiknya diam-diam. Tapi yang ia lakukan adalah menyodorkan microfon pada kotak musik mungil itu. Sehingga banyak orang yang bisa mendengarnya, termasuk orang yang tak kuinginkan untuk mendengar lagu itu.

Kini lagu itu tak lagi indah. Terlalu besar, sember dan cempreng. Karena emang lagu itu tidak dibuat untuk diperdengarkan sekeras itu. Itu adalah lagu sunyi. Yang hanya indah bila sayup-sayup terdengar.

Tapi apa dayaku? Semua orang boleh mendengarkan lagu indah dari Schubert, salah satu composer besar sepanjang sejarah. Aku tak punya hak untuk menyimpannya sendiri. Bila tak mau dicuri, lebih baik aku tidak punya kotak musik.

Apa tidak boleh memiliki kotak kecil, yang menyanyikan Serenade de Schubert pelan-pelan saja? Aku ingin sunyi. Aku ingin mendengarkannya bersama teman-temanku saja. Kemudian kami mencaci atau memuji lagu itu. Terserah kau! Kau boleh mencacinya. Tapi hanya padaku…tidak usahlah microfon itu.

No comments: